Sunday, March 9, 2014

SCM (SUPPLY CHAIN MANAGEMENT)

PENGERTIAN SCM

Istilah supply chain dan supply chain management sudah menjadi jargon yang umum dijumpai di berbagai media baik majalah manajemen, buletin, koran, buku ataupun dalam diskusi-diskusi. Namun tidak jarang kedua term diatas di persepsikan secara salah. Banyak yang mengkonotasikan supply chain sebagai suatu software. Bahkan ada yang mempersepsikan bahwa supply chain hanya dimiliki oleh perusahaan manufaktur saja. Sebagai disiplin, supply chain management memang merupakan suatu disiplin ilmu yang relative baru. Cooper (1997) bahkan menyebut istilah “supply chain management” baru muncul di awal tahun 90-an dan istilah ini diperkenalkan oleh para konsultan manajemen. Saat ini supply chain management merupakan suatu topic yang hangat, menarik untuk didiskusikan bahkan mengundang daya tarik yang luar biasa baik dari kalangan akademisi maupun praktisi. Supply chain dapat didefinisikan sebagai sekumpulan aktifitas (dalam bentuk entitas/fasilitas) yang terlibat dalam proses transformasi dan distribusi barang mulai dari bahan baku paling awal dari alam sampai produk jadi pada konsumen akhir. Menyimak dari definisi ini, maka suatu supply chain terdiri dari perusahaan yang mengangkut bahan baku dari bumi/alam, perusahaan yang mentransformasikan bahan baku menjadi bahan setengah jadi atau komponen, supplier bahan-bahan pendukung produk, perusahaan perakitan, distributor, dan retailer yang menjual barang tersebut ke konsumen akhir.

Dalam supply chain ada beberapa pemain utama yang merupakan perusahaan yang mempunyai kepentingan yang sama, yaitu :
1. Supplies
2. Manufactures
3. Distribution
4. Retail Outlet
5. Customers

a. Chain 1: Supplier
Jaringan bermula dari sini, yang merupakan sumber yang menyediakan bahan pertama, dimana rantai penyaluran baru akan mulai. Bahan pertama ini bisa dalam bentuk bahan baku, bahan mentah, bahan penolong, barang dagangan, suku cadang dan lain-lain.

b. Chain 1-2-3: Supplier-Manufactures-Distribution
Barang yang sudah dihasilkan oleh manufactures sudah mulai harus disalurkan kepada pelanggan. Walaupun sudah tersedia banyak cara untuk menyalurkan barang kepada pelanggan, yang umum adalah melalui distributor dan ini biasanya ditempuh oleh sebagian besar supply chain.

c. Chain 1-2-3-4: Supplier-Manufactures-Distribution-Retail Outlet
Pedagang besar biasanya mempunyai fasilitas gudang sendiri atau dapat juga menyewa dari pihak lain. Gudang ini digunakan untuk menyimpan barang sebelum disalurkan lagi ke pihak pengecer. Disini ada kesempatan untuk memperoleh penghematan dalam bentuk jumlah inventoris dan biaya gudang dengan cara melakukan desain kembali pola pengiriman barang baik dari gudang manufacture maupun ke toko pengecer.

d. Chain 1-2-3-4-5: Supplier-Manufactures
Distribution-Retail Outlet-Customer.
Para pengecer atau retailer menawarkan barang langsung kepada para pelanggan atau pembeli atau pengguna barang langsung. Yang termasuk retail outlet adalah toko kelontong, supermarket, warungwarung, dan lain-lain. Secara sederhana pemain utama dalam proses SCM dapat digambarkan dibawah ini :






Ada 3 macam hal yang harus dikelola dalam supply chain yaitu :

•    Pertama, aliran barang dari hulu ke hilir contohnya bahan baku yang dikirim dari supplier ke   pabrik,    setelah produksi selesai dikirim ke distributor, pengecer, kemudian ke pemakai akhir.
•    Kedua, aliran uang dan sejenisnya yang mengalir dari hilir ke hulu dan
•    Ketiga adalah aliran informasi yang bisa terjadi dari hulu ke hilir atau sebaliknya.
Secara sederhana sebuah model struktur Supply Chain dapat disederhanakan seperti nampak dalam Gambar dibawah ini :
Sedangkan Supply Chain Management (SCM) adalah merupakan aplikasi terpadu yang memberikan dukungan sistem informasi kepada manajemen dalam hal pengadaan barang dan jasa bagi perusahaan sekaligus mengelola hubungan diantara mitra untuk menjaga tingkat kesediaan produk dan jasa yang dibutuhkan oleh perusahaan secara optimal. SCM mengintegrasikan mulai dari pengiriman order dan prosesnya, pengadaan bahan mentah, order tracking, penyebaran informasi, perencanaan kolaboratif, pengukuran kinerja, pelayanan purna jual, dan pengembangan produk baru.
Jadi kalau supply chain adalah jaringan fisiknya, yakni perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam memasok bahan baku, memproduksi barang maupun mengirimkannya ke pemakai akhir, sedangkan SCM adalah metode, alat atau pendekatan pengelolaannya. Sebagai contoh supply
chain produk sepatu sbb. :

PENERAPAN (SCM)
Dalam hal ini penerapan supply chain management di masa seperti ini cocok di terapkan, karena system ini memiliki kelebihan dimana mampu me-manage aliran barang atau produk dalam suatu rantai supply. Dalam hal ini, model SCM mengaplikasikan bagaimana suatu jaringan kegiatan produksi dan distribusi dari suatu perusahaan dapat bekerja bersama-sama untuk memenuhi tuntutan konsumen. Penggunaan SCM bagi perusahaan-perusahaan beberapa bidang di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, saat ini masih sangat terbatas. Dimana hubungan antara setiap sub sistem yang terlibat pada umumnya masih tersekat-sekat, sehingga sulit untuk bersaing di pasar bebas. Hal tersebut dapat dilihat dari terpisahnya operasional
antara sub sistem hulu sampai dengan sub system hilir yang disebabkan oleh sub sistem banyak diperankan oleh pengusaha dalam skala produksi kecil, dan tidak memiliki posisi tawar yang kuat.
   
Di Indonesia bisa diterapkan secara maksimal dengan memperbaiki beberapa kekurangan yang menghambat system ini, dalam hal ini solusi yang dapat dilakukan yaitu harus mentransformasikan struktur yang tersekat dan terpisah tersebut kepada struktur integrasi yang vertikal. Hal tersebut dimaksudkan untuk memadukan sub sistem hulu sampai dengan hilir dalam satu keputusan manajemen. Upaya tersebut dikembangkan dengan bentuk-bentuk yang mampu mengakomodasi pelaku-pelaku industri dari setiap sub sistem yang ada. Beberapa langkah yang bisa diambil untuk perbaikan system sehingga SCM ini dapat berkembang secara baik di Indonesia antara lain;

1.    Penekanan pada upaya pembangunan dan pemeliharaan dalam rantai, yaitu pembentukan hubungan antar rantai agar lebih spesifik, misalnya pada volume, mutu, distribusi, tergantung kekurangan pada bidang usaha sehingga terbentuk pola yang terpadu dan saling terkait;
2.    Pengontrolan terhadap persediaan pasokan harus dilakukan sehingga effisien dalam biaya, misalnya dalam hal ini jumlah pasokan disesuaikan dengan jumlah produk yang dapat dijual yang menghasilkan kestabilan persediaan bahan baku dan tidak terjadi penumpukan stok yang berakibat pada peningkatan biaya penyimpanan;
3.    Dalam penentuan lokasi dan transportasi dalam rantai jaringan dibuat dengan perhitungan dan memperhatikan dampak terhadap biaya persediaan, dalam hal ini akan berpengaruh pada tingkat kepekaan konsumen, oleh karena itu evaluasi terhadap hal ini sangat perlu dilakukan;
4.    Pembentukan system informasi antara yang bertugas dalam pengumpulan, pengolahan, penyimpanan, dan penyebarluasan informasi kepada setiap stakeholder yang dilandasi dengan kepercayaan, dengan ini akan mendukung kinerja dan produktivitas dari masing masing anggota rantai.

Dalam penerapan SCM ini perlu juga memperhatikan hal-hal yang perlu dihindari yang akan menghambat system ini, hal-hal tersebut antara lain;
1.    Pengukuran kinerja yang tidak didefinisikan dengan baik.
2.    Customer service tidak didefinisikan dengan jelas, dan tidak ada ukuran keterlambatan respon dalam pelayanan.
3.    Status data pengiriman yang terlambat dan tidak akurat
4.    Sistem informasi tidak efisien.
5.    Dampak ketidakpastian diabaikan.
6.    Kebijakan inventori terlalu sederhana.
7.    Koordinasi antar aktivitas suplai, produksi,dan pengiriman tidak bagus.
8.    Analisis metode metode pengiriman tidak lengkap.
9.    Definisi ongkos ongkos persediaan tidak tepat.
10.    Adanya kendala komunikasi antar organisasi.

Memang saat ini di Indonesia penerapan SCM ini belum bisa dikembangkan karena mungkin terjadi kendala seperti yang disebutkan di atas, tapi dengan mengidentifikasi system yang menjadi kendala dan memperbaiki system tersebut dan mentaati semua aturan dari Supply Chain Management diyakini perkembangan industri di Indonesia akan semakin maju karena system ini sudah teruji di beberapa Negara maju dalam sector industrinya. Inti dari system ini adalah koordinasi antar rantai dan juga pemikiran untuk
memaksimalkan kinerja untuk kepuasan antar rantai, dan juga kepercayaan didalam rantai tersebut.


PERAN INTERNET DALAM SCM

•         Teknologi memungkinkan pembagian cepat dari data permintaan dan penawaran. Dengan membagi informasi di seluruh rantai suplai ke konsumen akhir, kita bisa membuat sebuah rantai permintaan, diarahkan pada penyediaan nilai konsumen yang lebih. Tujuannya ialah mengintegrasikan data permintaan dan suplai jadi gambaran yang akuarasinya sudah meningkat dapat diambil tentang sifat dari proses bisnis, pasar dan konsumen akhir. Integrasi ini sendiri memungkinkan peningkatan keunggulan kompetitif. Jadi dengan adanya integrasi ini dalam rantai suplai akan meningkatkan ketergantungan dan inventori minimum.
•         Internet memungkinkan kolaborasi, koordinasi, dan intergrasi dalam praktek di lapangan
•         Dengan adanya internet pihak-pihak pada supply chain bisa membagi informasi serta melakukan transaksi dengan lebih cepat, murah dan akurat
•         Informasi penjualan di supermarket atau ritel akan mudah bisa dibagi dengan pihak-pihak yang berada di sebelah hulu supply chain dengan menggunakan Internet.


            Aplikasi internet dalam konteks supply chain:

1.      Electronic procurement (E-procurement) ,
 ex: Salah satu model pengadaan yang mendukung hubungan jangka pendek adalah e-Auction yaitu suatu aplikasi untuk mendukung kegiatan lelang yang dilakukan secara elektronik. Pada model ini pembeli bisa mengundang beberapa calon supplier untuk menawarkan harga atas produk dengan spesifikasi dan jumlah tertentu dalam waktu yang telah ditentukan. Supplier dengan harga rendah yang akan dianggap menang. Proses lelang ini dilakukan dengan media Internet.            Perusahaan otomotif seperti Volkswagen, General Motors, Daimer Chrysler, dll  menggunakan e-procurement secara ekstensif untuk Proses pengadaan bahan baku dan komponen, Item-item yang masuk dalam kelompok MRO (maintenance, repair, and operations) seperti suku cadang, peralatan tulis kantor, dan sebagainya. Dapat pula digunakan untuk mendukung hubungan jangka pendek: e-Auction dan hubungan jangka panjang (kemitraan).

2.      Electronic fulfillment (E-Fullfilment) 
 adalah pemenuhan pesanan pelanggan,ex: order dari pelanggan, bisa melalui email atau web based ordering, mengelola transaksi,dll. Lebih pada bagian hilir supply chain. Beberapa kegiatan yang termasuk dalam proses fulfilment adalah Menerima order dari pelanggan. Pelanggan bisa memesan produk melalui telepon, fax, e-mail, atau webbased ordering, Mengelola transaksi termasuk proses pembayaran. Manajemen gudang meliputi pengendalian persediaan produk dan kegiatan administrasi gudang secara umum, Manajemen transportasi Keputusan mode dan rute transportasi termasuk di dalamnya. Komunikasi dengan pelanggan untuk memberikan informasi status pesanan, dukungan teknis, dan sebagainya


KESIMPULAN
Adanya Supply Chain Management dalam perusahaan dimungkinkan peningkatan efektifitas dan efisiensi dalam proses pembelian bahan baku, pemenuhan pesanan customer serta proses distribusi barang jadi. Penerapan supply chain management di masa seperti ini cocok di terapkan, karena system ini memiliki kelebihan dimana mampu me-manage aliran barang atau produk dalam suatu rantai supply








No comments:

Post a Comment