Pada zaman kerajaan Hindu - Budha, bahasa Melayu mengalami
percampuran bahasa dengan bahasa Sansekerta, dimana itu dapat di buktikan di 5
prasasti peninggalan kerajaan Sriwijaya.
Dan pada zaman itu, bahasa Melayu berfungsi sebagai :
- Bahasa kebudayaan yaitu bahasa buku-buku yang berisia aturan-aturan hidup dan sastra.
- Bahasa perhubungan (Lingua Franca) antar suku di indonesia
- Bahasa perdagangan baik bagi suku yang ada di Indonesia maupun pedagang yang berasal dari luar indonesia.
- Bahasa resmi kerajaan.
Bahasa Melayu pun turut tersebar luas sampai ke pelosok -
pelosok nusantara, sehubungan dengan datang dan menyebarnya Islam di wilayah
nusantara. Dan bahasa Melayu kembali mengalami percampuran dengan bahasa lain,
yakni bahasa Arab.
Dewasa ini, bangsa Melanesia menggunakan bahasa Indonesia,
sebagaimana bahasa ini adalah “bahasa pemersatu”, yang mendapat tempat utama
dalam media komunikasi formal, baik sebagai bahasa teks maupun lisan,
disekolah, perkantoran dan tentu saja pada media cetak dan elektronik.
Memang ada sisi baiknya, bahwa ‘bahasa Indonesia’ memainkan
peran penting sebagai “jembatan” komunikasi menerobos diversitas linguistik
yang berbeda satu sama lain (termasuk di Papua), dan memungkinkan para
penuturnya menjangkau dunia pendidikan modern. Namun mesti disadari pula akan
sisi buruknya, terutama bahwa ‘bahasa Indonesia’ menjadi dominan sehingga
bahasa-bahasa lain keumgkinan akan tersisihkan. Entah bahasa Batak, Jawa, Bali
dan termasuk 250 bahasa etnis Melanesia di tanah Papua. Padahal Bahasa
Indonesia baru digunakan secara serius sejak 1950 di Papua oleh para pendakwah
dan pejabat kolonial dalam rangka ‘menyatukan’ wilayah Papua dengan wilayah
Hindia Belanda lainnya. Hal ini seiring dengan kebijakan diskriminasi kolonial
Belanda yang hanya memperbolehkan bahasa Belanda diajarkan pada garis keturunan
tertentu saja.
Apabila menenggok lebih jauh ke masa sebelumnya, maka bangsa
Melanesia sebenarnya belum cukup dikenal para nasionalis Indonesia, selain
sebagai koloni Belanda yang dalam banyak hal tidak terlibat langsung dalam
sejarah kemerdekaan Indonesia. Diluar itu, wilayah ini cukup terisolir dari
koloni Belanda di sebelah barat, kecuali wilayah pesisir utara yang menjalin
hubungan dagang tradisional dengan Maluku. Selebihnya hanya bayang-bayang
penjara besar – Boven Digul, di tengah sebagian besar masyarakat yang masih
hidup di zaman batu (Benedict Andersson: 2002)
Ini berarti bangsa Melanesia, tidak terlibat dalam beberapa
proses sejarah penting, terkait dengan penggunaan bahasa Indonesia. Pertama,
saat bahasa Indonesia dipermaklumkan sebagai bahasa persatuan pada Sumpah
Pemuda 1928, tidak ada yang mewakili bangsa Papua dalam peristiwa tersebut,
kedua, saat bahasa Indonesia dianjurkan semasa pendudukan Jepang untuk
menggusur bahasa Belanda, hal itu tidak terjadi di Papua, apalagi karena
pertimbangan militer dan kondisi sosial politik waktu itu, Jepang membagi
Hindia Belanda menjadi tiga wilayah koloni terpisah, dan Papua berada dibawah
Angkatan Laut yang berpusat di Makasar, ketiga, saat bahasa Indonesia
dipergunakan sebagai wahana perlawanan menyerang kolonialisme yang dipuncaki
proklamasi kemerdekaan RI 1945, justru bangsa Papua belum ‘mengenal’ NKRI.
Dari tiga fakta ini, bisa dibilang bahasa Indonesia adalah
produk historis yang dalam prosesnya tidak sepenuhnya melibatkan bangsa
Melanesia. Barulah pada tahun 1963 ketika Orde Lama mencanangkan operasi
Trikora, dan disusul pelaksanaan Pepera semasa Orde Baru tahun 1969 bahasa
Indonesia mulai dijadikan ‘bahasa resmi’ di Papua.
Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Republik Indonesia yang
sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Dasar RI 1945, Pasal 36. Ia juga
merupakan bahasa persatuan bangsa Indonesia sebagaimana disiratkan dalam Sumpah
Pemuda 28 Oktober 1928. Meski demikian, ia hanya sebagian kecil dari penduduk
Indonesia yang benar-benar menggunakannya sebagai bahasa ibu karena dalam
percakapan sehari-hari yang tidak resmi masyarakat Indonesia lebih suka
menggunakan bahasa daerahnya masing-masing sebagai bahasa ibu seperti bahasa
Melayu pasar, bahasa Jawa, bahasa Sunda, dll. Untuk sebagian besar lainnya
bahasa Indonesia adalah bahasa kedua dan untuk taraf resmi bahasa Indonesia
adalah bahasa pertama. Bahasa Indonesia ialah sebuah dialek bahasa Melayu yang
menjadi bahasa resmi Republik Indonesia Kata “Indonesia” berasal dari dua kata
bahasa Yunani, yaitu Indos yang berarti “India” dan nesos yang berarti “pulau”.
Jadi kata Indonesia berarti kepulauan India, atau kepulauan yang berada di
wilayah India
Bahasa Indonesia diresmikan pada kemerdekaan Indonesia, pada
tahun 1945. Bahasa Indonesia merupakan bahasa dinamis yang hingga sekarang
terus menghasilkan kata-kata baru, baik melalui penciptaan, maupun penyerapan
dari bahasa daerah dan asing. Bahasa Indonesia adalah dialek baku dari bahasa
Melayu yang pokoknya dari bahasa Melayu Riau sebagaimana diungkapkan oleh Ki
Hajar Dewantara dalam Kongres Bahasa Indonesia I tahun 1939 di Solo, Jawa
Tengah, “jang dinamakan ‘Bahasa Indonesia’ jaitoe bahasa Melajoe jang
soenggoehpoen pokoknja berasal dari ‘Melajoe Riaoe’, akan tetapi jang soedah
ditambah, dioebah ataoe dikoerangi menoeroet keperloean zaman dan alam baharoe,
hingga bahasa itoe laloe moedah dipakai oleh rakjat di seloeroeh Indonesia;
pembaharoean bahasa Melajoe hingga menjadi bahasa Indonesia itoe haroes
dilakoekan oleh kaoem ahli jang beralam baharoe, ialah alam kebangsaan
Indonesia”. atau sebagaimana diungkapkan dalam Kongres Bahasa Indonesia II 1954
di Medan, Sumatra Utara, “…bahwa asal bahasa Indonesia ialah bahasa Melaju.
Dasar bahasa Indonesia ialah bahasa Melaju jang disesuaikan dengan
pertumbuhannja dalam masjarakat Indonesia”.
Secara sejarah, bahasa Indonesia merupakan salah satu dialek
temporal dari bahasa Melayu yang struktur maupun khazanahnya sebagian besar
masih sama atau mirip dengan dialek-dialek temporal terdahulu seperti bahasa
Melayu Klasik dan bahasa Melayu Kuno. Secara sosiologis, bolehlah kita katakan
bahwa bahasa Indonesia baru dianggap “lahir” atau diterima keberadaannya pada
tanggal 28 Oktober 1928. Secara yuridis, baru tanggal 18 Agustus 1945 bahasa
Indonesia secara resmi diakui keberadaannya.
Fonologi dan tata bahasa dari bahasa Indonesia cukuplah
mudah. Dasar-dasar yang penting untuk komunikasi dasar dapat dipelajari hanya
dalam kurun waktu beberapa minggu. Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang
digunakan sebagai penghantar pendidikan di perguruan-perguruan di Indonesia.
Bahasa Melayu di Indonesia kemudian digunakan sebagai lingua
franca (bahasa pergaulan), namun pada waktu itu belum banyak yang
menggunakannya sebagai bahasa ibu. Biasanya masih digunakan bahasa daerah (yang
jumlahnya bisa sampai sebanyak 360).
Awal penciptaan Bahasa Indonesia sebagai jati diri bangsa
bermula dari Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. Di sana, pada Kongres
Nasional kedua di Jakarta, dicanangkanlah penggunaan Bahasa Indonesia sebagai
bahasa untuk negara Indonesia pascakemerdekaan. Soekarno tidak memilih
bahasanya sendiri, Jawa (yang sebenarnya juga bahasa mayoritas pada saat itu),
namun beliau memilih Bahasa Indonesia yang beliau dasarkan dari Bahasa Melayu
yang dituturkan di Riau.
Bahasa Melayu Riau dipilih sebagai bahasa persatuan Negara
Republik Indonesia atas beberapa pertimbangan sebagai berikut:
Jika bahasa Jawa digunakan, suku-suku bangsa atau puak lain
di Republik Indonesia akan merasa dijajah oleh suku Jawa yang merupakan puak
(golongan) mayoritas di Republik Indonesia.
Bahasa Jawa jauh lebih sukar dipelajari dibandingkan dengan
bahasa Melayu Riau. Ada tingkatan bahasa halus, biasa, dan kasar yang
dipergunakan untuk orang yang berbeda dari segi usia, derajat, ataupun pangkat.
Bila pengguna kurang memahami budaya Jawa, ia dapat menimbulkan kesan negatif
yang lebih besar.
Bahasa Melayu Riau yang dipilih, dan bukan Bahasa Melayu
Pontianak, atau Banjarmasin, atau Samarinda, atau Maluku, atau Jakarta
(Betawi), ataupun Kutai, dengan pertimbangan pertama suku Melayu berasal dari
Riau, Sultan Malaka yang terakhirpun lari ke Riau selepas Malaka direbut oleh
Portugis. Kedua, ia sebagai lingua franca, Bahasa Melayu Riau yang paling
sedikit terkena pengaruh misalnya dari bahasa Tionghoa Hokkien, Tio Ciu, Ke,
ataupun dari bahasa lainnya.
Pengguna bahasa Melayu bukan hanya terbatas di Republik
Indonesia. Pada tahun 1945, pengguna bahasa Melayu selain Republik Indonesia
masih dijajah Inggris. Malaysia, Brunei, dan Singapura masih dijajah Inggris.
Pada saat itu, dengan menggunakan bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan,
diharapkan di negara-negara kawasan seperti Malaysia, Brunei, dan Singapura
bisa ditumbuhkan semangat patriotik dan nasionalisme negara-negara jiran di
Asia Tenggara.
Dengan memilih Bahasa Melayu Riau, para pejuang kemerdekaan
bersatu lagi seperti pada masa Islam berkembang di Indonesia, namun kali ini
dengan tujuan persatuan dan kebangsaan.Bahasa Indonesia yang sudah dipilih ini
kemudian distandardisasi (dibakukan) lagi dengan nahu (tata bahasa), dan kamus
baku juga diciptakan. Hal ini sudah dilakukan pada zaman Penjajahan Jepang.
Begitulah Awal Mula Bahasa Indonesia yang dapat awalmula.com
rangkum dari berbagai sumber, semoga dapat menambah wawasan dan pengetahuan
kita seputar sejarah asal usul bahasa Indonesia.
Sumber :
www.google.com
www.wipedia.com key : sejarah bahasa indonesia
Sumber :
www.google.com
www.wipedia.com key : sejarah bahasa indonesia